Sabtu, 23 Februari 2013

Harga Daging Sapi di Jakarta Tembus Rp 105.000/Kg


JAKARTA TIMUR, DKI JAKARTA -  Terbatasnya pasokan daging sapi membuat harga jual komoditas itu di pasaran di kisaran mencapai Rp 90.000 sampai Rp 105.000 per kilogram. Pedagang daging sapi pun banting setir ke usaha lainnya akibat sepi pembeli. Pantauan Warta Kota hari Selasa (19/2) di tiga pasar tradisional di wilayah Jakarta Timur, yakni Pasar Ciracas, Pasar Rebo dan Pasar Kramat Jati, terlihat los daging sapi kosong. Hanya pedagang daging kambing, ayam, dan ikan yang masih mengisi lapak. 

Pemandangan serupa terlihat di Pasar Ciracas Jakarta Timur, los daging sapi sepi pedagang, tidak terlihat satupun aktivitas pedagang ataupun transaksi jual beli yang biasa terjadi. Idris (43), seorang pedagang daging sapi di Pasar Rebo mengaku dirinya beralih berjualan daging ayam karena harga daging sapi naik dalam tiga bulan terakhir. 

Kenaikan itu membuat dirinya tak punya cukup modal untuk berjualan daging sapi. "Harganya berkisar mulai dari Rp 90.000 sampai dengan Rp 95.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 80.000 per kilogram," jelas warga RT 01/09 Kampung Baru, Pasar Rebo Jakarta Timur itu. Idris yang sudah berjualan daging sapi hampir 15 tahun di pasar tradisional itu mengaku mahalnya harga daging membuat jumlah pembeli menurun, akibatnya dia harus menelan kerugian besar karena modal tak kembali. 

Sampai akhirnya dia berjualan daging ayam karena pembeli masih banyak dan risiko rugi kecil. "Minat pembeli daging sapi yang terus turun dari semula saya bisa jual daging 15 sampai dengan 20 kilogram per hari, kini hanya satu atau dua kilogram per hari. Melihat kondisi tersebut kita harus berani banting setir untuk jualan yang lainnya," jelas Idris Hal yang sama juga disampaikan oleh Ndut (34), pedagang daging kambing yang sebelumnya berjualan daging sapi di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. 

Disebutkannya, harga daging sapi semula seharga Rp 80.000 sampai dengan Rp 83.000 per kilogram, saat ini naik 10 persen menjadi Rp 90.000 per kilogram. "Kebanyakan pedagang daging sapi di sini beralih untuk menjual daging kambing ataupun menjual bagian lain dari sapi seperti kepala, kaki, kikil, dan jeroan sapi, karena harganya tidak berubah," tuturnya. Disebutkannya, dari sebanyak 50 lapak pedagang di los daging Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, pedagang daging sapi yang masih tetap bertahan dan berjualan daging sapi hanya tersisa 7 orang. 

Penurunan pembeli itu juga dirasakan oleh Ahmad Suryadi (35), penjual daging sapi di pasar Klender, Jakarta Timur. Dia mengaku sebelum harga daging sapi naik dalam sehari dia mampu menjual sekitar 50 kilogram daging sapi. "Kalau sekarang paling yang laku cuma 20 kilogram daging sapi aja," kata Ahmad, di Jakarta, Selasa (19/2). Penurunan itu membuat omzetnya ikut turun. Harapannya saat ini adalah pembeli yang merupakan pemilik restoran atau rumah makan. 

Di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, harga daging sapi tembus Rp 105.000 per kilogram atau naik Rp 15.000 per kilogram dibandingkan pada tiga bulan sebelumnya.  

Thamrin, salah seorang pedagang di Pasar Kebayoran Lama, mengungkapkan, sebenarnya kenaikkan harga daging sapi bertahan dimulai setelah Idul Fitri tahun 2012, dan puncaknya pada Februari 2013. Sejak Januari hingga Februari ini, Thamrin mengaku tak lagi bisa memesan daging sapi sebanyak 60 kg per hari seperti biasanya. Saat ini maksimal hanya bisa membeli daging sapi dari distributor 45-50 kg. Itu pun pesannya sepekan sebelumnya. " Sebelumnya dua atau tiga hari saya sudah bisa pesan. " katanya.



Pembatasan Kuota 

Menanggapi hal itu, Sarman Simanjorang, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, mengatakan kenaikan harga itu terjadi akibat kesalahan pemerintah yang salah memperhitungkan jumlah demand (permintaan) masyarakat dengan suplai daging sapi yang masuk ke masyarakat. 


"Selama setahun, permintaan warga Indonesia sebanyak 3,2 juta ekor sapi, lalu kenyatannya penyuplaian jumlah sapi lebih rendah sekitar 30 persen, atau sebanyak 960.000 ekor sapi," kata Sarman saat ditemui Warta Kota di Jakarta, Rabu (20/2). 

Selain itu, katanya, kebijakan pembatasan impor daging sapi yang dilakukan pemerintah bisa memicu kenaikan harga daging sapi. "Tahun 2012, kuota impor daging sapi mencapai 74.000 ton per tahun, kini kuota impor dikurangi menjadi 32.000 ton. Pembatasan ini sangat signifikan sekali, maka dari itu, kami mengusulkan agar pemerintah bisa menaikkan jumlah kuota daging tersebut sebesar 85.000 ton," kata Sarman. 

Meski demikian, kata Sarman, pemerintah beralasan akan mampu menyuplai kekurangan daging tersebut melalui daging lokal, yang dihitung berdasarkan hasil sensus sapi tahun 2011. Sarman mengatakan, kebijakan pengurangan kuota import ini yang paling merasakan dampaknya adalah daerah DKI Jakarta. Sebab Jakarta 100 persen menyuplai daging sapi dari luar, baik secara lokal maupun impor. 

"Kami sudah sampaikan pada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk mengadakan kuota khusus daging sapi impor untuk Jakarta sebanyak 50.000 ton per tahun untuk jaminan kelangsungan dunia usaha dan pengkonsumsian di rumah tangga," katanya. 

Untuk itu, Sarman berharap agar pemerintah bisa mengevaluasi secara komporherensif dalam mengukur sejauhmana daging lokal itu mampu menyuplai kebutuhan pasar secara real. Selain itu, Sarman menyarankan, agar pemerintah bisa menswasembadakan atau menternakkan sapi milik negara, sehingga ketergantungan akan impor daging sapi akan bisa diminimalisir.
sumber : kemendag.go.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar